Kajen (20/11) Masih pada musim kemarau, penjual es tebu di depan sekolah kami kewalahan melayani para pembeli. Ibu dan anak laki-laki itu sangat kompak berjualan guna memenuhi beban keluarga yang semakin hari meningkat. Mau tidak mau, musim kemarau yang panjang ini mendorong sang anak memutar otak, kira-kira usaha apa yang cocok untuk hari-hari ke depan. Akhirnya, Pak Ashadi menemukan usaha es tebu hijau untuk musim kemarau ini.
‘‘Kami sejak 1 Syawal sudah berjualan di sini, di depan MTs. Salafiyah,’’ kata Bu Marni.
Bu Marni dan Pak Ashadi bersyukur penjualan es tebunya begitu laris. Apalagi setiap sore tebu dagangannya selalu tersisa sedikit. Kadang kala pun, es tebu mereka habis oleh kerumunan santri yang mengikuti ekstra sampai sore hari. ‘‘Kami bersyukur penjualan es tebu di MTs. Salafiyah bertambah keuntungannya dibanding sebelum berjualan di sini,” ucap Pak Ashadi.
Setelah ditanya mengapa memilih usaha es tebu dibanding usaha yang lain. Mereka beralasan bahwa menjual es tebu itu praktis, alami, gampang, dan tanpa bahan pengawet. Mereka pun mengaku mengambil sendiri stok tebu dari Juwana.
Ketika ditanya berkaitan dengan untung ruginya berjualan es tebu hijau, mereka menjawab “Iya, kami sehari biasanya mendapatkan penghasilan lebih kurang Rp350.000,00, dan untung bersih kami Rp150.000,00,” pungkas Bu Marni dan Pak Ashadi. Mereka biasanya berjualan dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 17.00 WIB.
(MR/MTs/SLF).
Narasumber: Bu Marni dan Pak Ashadi
Penyusun Berita: Kelompok Jurnalistik MTs. Salafiyah (Salsa Firda Salwa,
Zakiyatuz Zahro’, Dina Nur Sabrina, Miya Sinthiya Nuriyah, dan Atika Anisatul Muhajiroh).
Dok. Berita MTs Salafiyah (26/11/2015)