Esai: Ahmad Saerozi, M.Ag.,
Bulan Maulid atau Rabi’ul Awwal merupakan salah satu bulan yang istimewa. Keistimewaan tersebut dikarenakan pada bulan ini lahir sosok yang agung, pemimpinnya para nabi, nabi akhir zaman, yaitu Nabi Muhammad SAW. Melalui perantara beliaulah alam ini diciptakan. Terdapat di dalam diri beliau uswah hasanah (teladan yang baik) untuk diikuti oleh semua manusia. Oleh karena itu, sudah sepantasnya para umat beliau menghormati dan mengagungkannya.
Salah satu bentuk penghormatan dan pengagungan yang dilakukan umat Islam Ahlus Sunnah Wal Jama’ah selain memperbanyak baca shalawat adalah setiap bulan Maulid akan ada pembacaan sirah (sejarah) beliau di masjid, musala, maupun majlis ilmu. Meskipun ada sebagian minoritas muslim yang menganggap tradisi ini bid’ah dan berlebihan, buktinya mayoritas ulama menganggap hal ini sebagai perbuatan sunnah dengan berbagai dalil dan argumen. Sementara di Pulau Jawa sendiri, tradisi pembacaan maulid Nabi serentak dilaksanakan pada malam pertama bulan Rabi’ul Awwal sampai malam ke dua belas. Tulisan ini nanti akan sedikit mengurai tentang biografi dan sifat-sifat beliau yang perlu diikuti.
Sekilas tentang biografi Nabi Muhammad SAW
Semua ulama ahli sejarah sepakat bahwa Nabi Muhammad lahir pada bulan Rabi’ul Awwal tahun Gajah. Disebut tahun Gajah karena pada tahun tersebut terjadi peristiwa rencana penghancuran Ka’bah oleh pasukan Abrahah yang mengendarai Gajah. Adapun mengenai tanggal kelahiran, ada perbedaan pendapat antar ulama. Menurut pendapat yang kuat, beliau lahir pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal bertepatan dengan 21 April 570 M.
Beliau lahir dari keturunan orang-orang suci yang dijaga nasabnya oleh Allah dari perbuatan keji. Beliau keturunan suku Quraisy. Nasab Ayah dan Ibunya bertemu pada Kakek beliau yang bernama Kilab. Untuk lebih mudah dihafal, ada nazham yang masyhur tentang nasab Nabi Muhammad SAW.
آباء سيد الورى على الرُّتَبْ * هو ابنُ عبداللهِ عبدالمطلبْ
وهاشمٌ عبدُ منافِ بن قصىْ * ابنُ كلابٍ مرةٌ كعبٌ لؤيْ
وغالبُ بن فهرٍ بن مالكْ * النضرُ قُل كنانةٌ كذلكْ
خزيمةٌ مدركةٌ إليـاسُ * ومضـرٌ نـزارُهُم قيـاسُ
ثم معد بعده عدنانُ * وبعد ذاك اختلف الأعيانُ
Nasab pemimpinnya para manusia (Nabi Muhammad) secara berurutan adalah: Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutholib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhor bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Setelah itu nasab beliau diperselisihkan ulama.
Sebagaimana disebutkan dalam nazham tersebut, bahwa nasab Nabi Muhammad yang disepakati oleh semua ulama adalah sampai kakek moyang beliau yang bernama Adnan. Setelah itu ulama berbeda pendapat. Hanya saja semuanya sepakat nasab beliau sampai ke Nabi Ibrahim AS.
Muhammad kecil sudah menjadi yatim piatu. Sejak usia 6 tahun beliau sudah ditinggal wafat oleh Ayah dan Ibunya. Setelah itu, selang 2 tahun Kakeknya dipanggil oleh Sang Khaliq. Usia 8 tahun beliau diasuh oleh pamannya yang bernama Abu Tholib.
Selama hidup dengan Abu Tholib inilah Nabi Muhammad kecil latihan hidup mandiri, berbagai profesi pernah dijalaninya. Seperti menggembala kambing dan berdagang. Hal itu dilakukan untuk bertahan hidup.
Membahas biografi Nabi Muhammad akan sangat panjang sekali jika diurai secara detail. Banyaknya kitab tarikh dan sirah nabawiyyah mengindikasikan ada menariknya membahas biografi beliau dari berbagai perspektif. Jika ingin mengetahui secara mendalam kisah perjalanan hidup Nabi Muhammad bisa merujuk beberapa kitab berikut: Sirah Ibn Hisyam, Thabaqat Ibn Sa’at, Tarikh Thabari, Fiqh as-Sirah, maupun ar-Rahiq al-Makhtum.
Sifat-sifat Beliau yang perlu diteladani
Penulis tidak akan menyebutkan semua sifat beliau karena akan terlalu lebar. Sebagaimana dikatakan oleh Sayyidah Aisyah, Nabi itu ibarat al-Qur’an berjalan. Kesehariannya merupakan representasi kandungan yang ada dalam al-Qur’an. Tercatat di berbagai kitab, ulama banyak menyebut bahwa akhlak Nabi Muhammad adalah al-Qur’an. Tingginya akhlak beliau ini diungkapkan al-Qur’an dengan redaksi: “Sesungguhnya Engkau benar-benar memiliki akhlak yang agung” (Q.S. al-Qalam: 4). Di antara akhlak beliau yang disebutkan dalam al-Qur’an dan sering dibaca saat pembukaan Maulid Barzanji adalah Q.S. at-Taubah: 128
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.
Dari ayat tersebut, Imam Thabari dalam Kitab Tafsir Jami’ al-Bayan menjelaskan bahwa ada 3 sifat yang dimiliki Nabi. Pertama yaitu siap menerima beban berat, ini adalah representasi dari redaksi عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ . Saat menafsirkan redaksi ini, Imam Thabari mengatakan Nabi Muhammad siap menanggung penderitaan yang dianggap berat oleh umatnya, baik penderitaan lahir maupun batin.
Sebagai seorang pemimpin, Nabi siap memasang badan untuk menerima perlakuan dan hinaan oleh masyarakat Kafir Quraisy. Hal ini sudah masyhur di berbagai kitab sejarah bahwa Nabi dihina, dikatakan sebagai tukang sihir dan orang gila, dilempari kotoran saat shalat dan lain sebagainya yang itu berat apabila menimpa umatnya. Nabi tidak pernah mempunyai rasa dendam dan keinginan untuk membalasnya. Bahkan saat ditawari oleh Malaikat Jibril agar orang yang memusuhinya akan dihancurkan namun Nabi tidak membolehkannya dengan mengatakan: “Boleh jadi orang tersebut sekarang kafir dan memusuhiku, tapi Aku berharap kelak keturunannya bisa menjadi muslim,”.
Di samping itu, doa yang sering dipanjatkan oleh Nabi Muhammad yaitu: “Allahumma ihdi qaumi fainnahum laa ya’lamun” (Ya Allah, berilah hidayah pada kaumku sesungguhnya mereka tidak mengetahui kebenaran)”. Sifat kedua dari ayat tersebut yaitu menginginkan kebaikan bagi umatnya. Ini merupakan representasi dari redaksi حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ .
Begitu inginnya beliau agar umatnya senantiasa dalam kebaikan dan keberuntungan, beliau sangat sedih jika ada umatnya yang masuk neraka. Sifat ketiga yang beliau miliki sesuai dengan ayat tersebut adalah santun dan penyayang terhadap orang mukmin, baik dalam berbicara maupun bersikap. Selain ayat tersebut, ada ayat lain yang menjelaskan tentang sifat Nabi Muhammad yaitu QS. Ali Imran: 159 yang berbunyi
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.
Ayat di atas secara umum menjelaskan bahwa sifat-sifat Nabi yaitu: berlaku lemah lembut, tidak pemarah, pemaaf, suka bermusyawarah, totalitas dalam bekerja dan tawakkal. Perihal tentang lemah lembutnya beliau, Anas bin Malik yang menjadi khadim beliau selama 10 tahun, tidak pernah dibentak sama sekali oleh Nabi. Bahkan Nabi juga tidak pernah mengatakan “Kenapa kamu melakukan itu” kepada Anas bin Malik saat Anas melakukan sesuatu yang kurang pas. Nabi hanya senyum manis, seketika Anas langsung paham bahwa Nabi Muhammad kurang berkenan.
Meskipun sifat Nabi yang penulis sebutkan baru sedikit. Semoga kita semua bisa meneladani ahlak baginda Nabi Muhammad SAW sehingga menjadi umat yang dirindukan oleh beliau dan mendapatkan syafaatnya. Amin ya robbal alamin.
*Tulisan diterbitkan dalam buletin At Tatsqif Edisi Maulid Barokah 2022 (16 September - 15 Oktober 2022)